Kamis, 15 September 2016

<a href="https://fissioncoin.com/?id=FC36219817"><img src="https://www.fissioncoin.net/banners/728x90.gif" width="728" height="90" alt="Fissioncoin - The Nuclear Coin Networks" border="0"></a>

LARA:

Senin, 12 September 2016



#LARAWITHME TOP PROGRAM IN THE WORLD !
WA===08562908108
#JOIN:
* DEPOSIT Minimal $10 Max $50.000
* Profit 3%/Days 90%/month #FOREVER
* Bonus referall 10%
* Withdraw  Min $0.3
(Only 1-5 seconds directly paid to blockchain wallet)

#LARAWITH_ME

>>> Langkah pertama untuk mendapatkan profit dari telegram messenger :
●Download aplikasi #Telegram messenger via #Play_Store atau #Google_Play sesuai system operasi perangkat yang anda gunakan.
●Telegram messenger suport ANDROID,I-PHONE,dan WINDOW.
●Aktifkan telegram messenger dan buat username untuk ID telegram messenger anda.
●Setelah telegram messenger aktif kita akan menuju langkah selanjutnya.

>>> Langkah kedua untuk mendapatkan profit dari telegram messenger.
●Klik link ini → https://larawith.me/?partner=248704909
●Masuk ke website
https://larawith.me
●Klik "Activate Lara" atau "Aktivasi Lara"
●Direct Ke telegram messenger aplikasi android,Iphone atau telegram messenger di Window PC anda.
●Automatik masuk di chat room LARA BOT.
●Untuk memulai chatting dengan LARA BOT,ketik START atau MENU di kolom chat room lara bot.
●Silakan pilih bahasa yang ingin anda gunakan di chat room lara bot.
●Tombol setiap menu yang ada di Chat room lara bot.
●Sebelum membuat deposit disarankan untuk input No ID PAYEER anda atau Bitcoin, Acct number Perfect Money anda.
●Klik menu PENGATURAN untuk input alamat No PAYERR anda.
●Klik menu DEPOSITE untuk membuat deposit.
●Klik menu TARIK untuk menarik profit anda. .
●Setiap ada dana di akun lara bot, anda akan diberitahu secara automatik oleh Lara bot.LARA:

Jumat, 09 September 2016

LARA:
<a href="https://larawith.me?partner=248704909" target="_blank"> <img src="https://larawith.me/img/banners/id/600x600-black.gif"/> </a>LARA:

Jumat, 26 Agustus 2016

tante debi



Senin pagi itu,
tak biasanya Deborah datang pagi-pagi sekali ke tokonya di jalan B,
daerah selatan stasiun kereta api di kota YK.
Saat itu ia mengenakan blouse hijau tanpa lengan yang sangat ketat di tubuhnya yang putih montok. Rambut ikalnya yang panjang bercat kemerahan diikatkannya ke atas, memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi. Rupanya pagi itu, ia memang orang pertama yang datang ke tokonya. Pegawai-pegawainya biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko mainannya, ia langsung menuju meja kasir dan menghitung laba perolehan hari sebelumnya, sambil menunggu para pegawainya datang 1 jam lagi.

Deborah adalah seorang wanita keturunan tionghoa, yang sudah cukup berumur. Akan tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi perawakannya masih mengundang air liur lelaki yang memandangnya. Tubuhnya yang montok selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat menindihnya. Belum lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok itu, setiap lelaki pasti ingin meremas gemas dam memelintir lembut putingnya. Di usianya itupun, wajahnya masih menunjukkan garis-garis kecantikan, serta sorot matanya yang sayu tetapi tajam, menandakan kebinalannya di atas tempat tidur.

Sebagaimana umumnya orang tionghoa, naluri bisnisnya memang cukup tajam. Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan. Mungkin karena harga mainan anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko lainnya. Sambil menunggu pegawainya, Deborah duduk di belakang meja kasir, menghitung laba hari sebelumnya. Belum ada pelanggan yang datang, mungkin karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat agak mendung.

?Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki nih!? pikirnya sambil melihat ke arah luar.?Mudah-mudahan aja, nggak hujan..?
Deborah kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba-tiba di luar gerimis pun turun.
?Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran deh..? gerutunya.?Anak-anak bisa terlambat dateng nih!? ujarnya lagi sambil melirik arloji emas berbentuk kotak di lengan kanannya.

Gerimis itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga hawa pagi itu menjadi semakin dingin. Di luar pun, beberapa orang menghentikan sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan, lalu kembali meneruskan perjalanannya. Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus berjalan sambil berusaha menghindari hujan, ada juga dua orang pengendara motor yang memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.

Salah seorang pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa yang hendak pergi kuliah dan tidak membawa jas hujan. Pemuda itu memilih untuk berteduh di depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke dalam toko mainan Deborah. Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu, sambil terus melihat-lihat mainan yang ada. Melihat ada tamu yang masuk ke tokonya, Deborah langsung mempersilahkan pemuda itu dan menghentikan pekerjaannya menghitung laba.

?Ada yang bisa saya bantu?? tanya Deborah.
?Oh, maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan, saya baru ingat kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya dirumah? jawab pemuda itu.
?Wah, kalau spare parts remote control, kebetulan disini cukup lengkap, kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa saya carikan di gudang?. Ujar Deborah.
?Memangnya bagian apa yang diperlukan??
?Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya dirumah,? jawab pemuda itu.

Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia terus mengamati Deborah yang sedang mengecek buku inventarisnya. Ia baru saja menyadari, bahwa lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda dan membangkitkan gairahnya. Terutama di pagi hari yang sangat dingin itu. Melihat keadaan toko yang sepi itu, ia ingin mencoba mencari kesempatan di dalam kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Deborah.

?Oya, kenalkan nama saya Anto,? pancing pemuda itu.
?Oh, saya Deborah,? balas Deborah.
?Saya mesti panggil Mbak atau tante nih?? tanya Anto lagi.
?Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,? jawab Deborah.
?Wah, sepertinya dinamo yang untuk model itu disini sudah habis, saya memang nggak menyimpan stok banyak, karena kurang banyak peminatnya?.
?Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah habis?? pancing Anto.
?Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba carikan,? lanjut Deborah sambil mengunci mesin kas-nya dan beranjak keluar meja kasir ke arah gudang di lantai dua toko itu.
?Dik Anto tunggu sini sebentar ya??.

Saat melihat Deborah berdiri dan berjalan, gairah Anto semakin meluap. Terlebih lagi ketika ia mengamati Deborah menaiki tangga kayu itu, matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat Deborah yang terbungkus rok jeans mini. Entah keberapa kalinya ia menelan ludah, sejak ia pertama kali melihat tante itu. Dan entah desakan dari mana yang membimbing Anto mengikuti Deborah, naik ke lantai dua. Ia kemudian memegang pegangan tangga, untuk mengikuti tante itu, sambil mendongak ke atas melihat Deborah yang masih menaiki tangga itu. Terlihat jelas oleh matanya, Deborah saat itu mengenakan celana dalam hitam berenda dan samar-samar memperlihatkan gundukan putih menggiurkan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Pemandangan itu membuat nafasnya semakin naik turun.

Perlahan-lahan agar tak terdengar oleh tante itu ia mulai meniti anak tangga, hingga akhirnya ia sampai ke lantai dua yang merupakan gudang di toko itu. Ia menghampiri Deborah yang sedang berjongkok mengaduk-aduk sebuah kardus. Anto mengendap-endap ke belakang Deborah, kemudian berdiri tepat di belakang Deborah, menunggu tante itu berdiri.

Tak lama kemudian, kelihatannya Deborah sudah menemukan apa yang di carinya, setelah menaruh kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun berdiri, dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.
?Lho..?

Belum sempat Deborah menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung memeluk Deborah, sambil membungkam mulut tante itu dengan tangannya. Otomatis Deborah meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli punggung Anto. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Anto yang lebih kuat semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Deborah. Hingga akhirnya Deborah sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia. Tubuh montoknya pun menjadi lemas.

Melihat Deborah sudah menjadi lemas, Anto mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Deborah. Ia langsung menciumi bibir tante itu, dilumatnya habis wajah Deborah. Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.
?Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!? bisik Deborah terpatah-patah karena ketakutan.
?Tenang Tante.. Jangan takut, Tante nurut aja.. Lagi pula teriakan Tante nggak akan terdengar karena derasnya hujan,? jawab Anto sambil terus menciumi bibir Deborah dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada tante itu.
?Jjja.. Ngann.. Please.. Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih muda aja?? Pinta Deborah sambil berusaha menepis tangan Anto yang sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra dan blouse dari luar.
?Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa.. Tapi jangan seperti ini.. Please..?
?Aku mau Tante aja.. Sudah deh, Tante nurut aja.. Ntar pasti Tante nikmatin juga. Percaya deh!? bisik Anto di telinga Deborah, sambil kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.
?Mmmhh.. Tante begitu harum.. Kulit Tante mulus dan wangi..? sambung Anto sambil terus menggerayangi buah dada dan lengan Deborah. Deborah enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh kata-kata pemuda itu.

Sambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut Deborah, yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.

Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Deborah menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.
?Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..? bisik Deborah kegelian.

Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu. Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Deborah. ?Nngghh..? tak sadar Deborah melenguh nikmat.

Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu. ?Ahh.. Sshh..? lenguh Deborah.

Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya. Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.

Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu. Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif renda yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin membanjiri daerah itu.

?Aughh.. Nakal kamu ya!? jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya. Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan Deborah itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja Deborah menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Deborah seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut. Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Anto langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah. Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian ditelannya penuh nafsu.

Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi telentang dengan pahanya agak terbuka.

Deborah langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah, ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya cukup menarik pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya. Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.

Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya. Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu, diiringi teriakan liar Deborah.

?Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..? Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, ?Crroottss..?

Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.

?Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..? teriak Deborah sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu. Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh lendir Deborah.

Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali, ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih mengulum lendir dari vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung membuka bibir seksinya seraya berkata,
?Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!?. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
?Ooohh.. Ssshh..?
?Cuhh..? Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
?Mmmhh.. Nikmatthh,? bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.

Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia berdiri sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.

?Woow..? kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
?Aaahh.. Tanteehh..? bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.

Deborah langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang menegang keras itu dengan lendirnya.

?Aaahh.. Angett Tantee..? Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
?Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!? Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
?Ngghh.. Mmmhh..? Desahnya.
?Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..? Anto pun semakin meracau tak karuan.

Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
?Mmmhh.. Ssshh..? Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.

Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak sabar untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah dengan gemas.
?Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?? Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
?Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!? Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
?As you wish honey!? jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.

Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.

Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.

?Tante, aku sudah nggak tahan nih!? pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
?Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!? balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.?Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!?.
?Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,? pinta Anto, ?Tenang aja, tetep nikmat kok!? sambungnya menenangkan Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.

Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu. Dan langsung saja ia menunduk ke arah pantat Deborah yang sedang menungging dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian ditariknya celana dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba.. ?Aaahh..?

Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat. ?Kau apakan tadi To??

Desah Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan begitu rakus.Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Anto.

Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah keberapa kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah menggelinjang kenikmatan. Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan disampingnya sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar menambah rangsangan pada dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh Anto.

?Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..? racau Deborah,
?Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh?
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
?Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..? racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah, mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.

Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat. Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil berteriak..

?Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!? racau Deborah dengan liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
?Ahh Ghiillaa..? teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.

Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.

Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam vagina Deborah.

?Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!? desah Deborah saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.
?Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?? bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
?Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!? jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
?Mmmhh sini Sayang!? pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.

Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu. Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia semakin tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu. Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya. Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.

?Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..? pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto. Mulut Anto yang masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
?Mmmhh..? desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
?Mmmhh Tante..? bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
?Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!? bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
?Sudah siap Sayang?? tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
?Nnngghh.. Give me that Honey! Please..? pinta Deborah.

Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki Deborah agar mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih. Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa Tante ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah. Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah. Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.

?Cepat To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..? racau Deborah sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam berenda itu.
?Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?? goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
?Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!??
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
?Mmmhh.. Oohh.. ?

Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan sumpah serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya?.Bless?..

Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya.
?Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..? racau Deborah.

Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.

Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu. Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan. Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.

Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya. Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.

Perlahan-lahan Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka seksi.

?Ooohh.. Mmmhh..? desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
?Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ? balas Anto.
?Iyyaahh.. Terushh Too.. ? bisik Deborah.

Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Deborah. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu, ia semakin mempersetankan semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda, Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Deborah.

?Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!? racau Deborah makin tak karuan.

Kali ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu. Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.

?Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ? racau Deborah makin menggila.

Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.

Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu. Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh permukaan bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini. Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin dibuat menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila bergesekan dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya. Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina Tante itu.

?Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?? pinta Anto sambil menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah yang mengangkang lebar.
?Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..? racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.

?Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh? bisik Deborah sambil mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati penetrasi itu.
?Tantee.. Nnngghh..? desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.

Saat penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya. Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya. Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang buah dada Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.

Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.

?Aaahh yyhhaahh.. Ssshh..? teriak Deborah saat penis Anto melesak masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.
?Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..? racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.

Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Deborah secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Anto dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.

Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang makin lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.

Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu cepatnya justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak oleh gairah.

?Ooohh.. Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh.. Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..? racau Deborah sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.
?Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!? racau Anto terbata-bata.
?Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..?
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
?Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..?

Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.

Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu, kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.

Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto. Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.

?Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..? pinta Deborah penuh nafsu.
?Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..? bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
?Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..? racau Deborah.

Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam vaginanya.
?Aawww.. Nakal kamu To!? Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.

Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.

?Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..? racau Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.

Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu. Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..

?Sebentar Sayang! Ahh Stopp!? pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
?Kenapa Tante?? Tanya Anto keheranan.
?Aku..?
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
?Ahh.. Maaf!? ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
?Wow.. Mmmhh..?

Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.

?Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..? desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
?Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?? ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
?Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!? pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
?Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!? racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya, dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah.

Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.

?Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!? bisik Anto tak sabar.
?Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
?Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!? ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak?..
?Aawww.. Ssshh..? teriak Deborah kaget.
?Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!?.
?Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!? rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
?Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!? ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
?Ooohh.. Ssshh..? desah Deborah penuh kenikmatan.
?Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!? bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.

Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.

Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.

?Naikkan sedikit pantatnya Tante!? pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
?Mmmhh.. Nikmat Sayang!? bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
?Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!? bisik Anto menenangkan Deborah.

Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.Blesshh??penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.

?Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!? teriak Deborah saat menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
?Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..? desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
?Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..? teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
?Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!? racau Anto.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya. Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.

Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
?Aawww..? teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.

Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam vaginanya.

Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke dalam vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan, dan?.Blleesshh?..
?Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..? bisik Deborah lirih.
?Ohh Tante!? Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
?Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!? bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.

Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk vagina Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam. Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.

Mereka bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak henti-hentinya meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya.

?Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!? racau Deborah.
?Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt? teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
?Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..? Deborah semakin menggila.

Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi lenguhan. Keringat mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak rambut ikal Deborah. Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan decak becek yang timbul dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah. Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Ia tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin mempersetankan segalanya.

Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan, selangkangannya pun bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan orgasme atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin mendapatkan orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun semakin liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya. Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.

?Tan.. Tee aku mau keluar nih!? teriak Anto.
?Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!?

Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba.. vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-gilaan lagi, ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya. Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam vaginanya. Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya, ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk penisnya dalam vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang, seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam selangkangannya. Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping. Pemandangan itu benar-benar seksi.

Dan?..Croott?.Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.
?Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..? lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.

Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
?Aaahh.. Ggghhaahh..? teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
?Ohh terus Tante! Terus Sayang!? teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.

Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka. Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka rasakan. penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan tak akan hilang dari raga bagian bawah mereka.

Deborah merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh persendiannya.

?Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya nggak ingin lepas,? pinta Deborah pada Anto yang masih menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
?OK Tante!? bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
?Ssshhtt.. Ooohh..? desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.

Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang masih berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya. Diraupnya lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto, kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu dan rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat jantung Anto berdegub tak karuan.

Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu. Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya pada vagina Deborah..

?Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..? desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
?Nggak mau nih Tante? Beneran?? Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
?Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..? desah Deborah.

Anto terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.

Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini. Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan pemuda yang baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya puting miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar diperbudak dan dipermainkan kenikmatan. Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi sedang vaginanya berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi, ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium mayora Tante itu.

Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi. Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh persendiannya. Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..

?Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..? teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.

Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili liter lendir kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme yang hebat sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.

Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala Anto yang berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati vaginanya dengan rakus.

Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi. ?Nngghh..? Lenguh Deborah.

Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu, yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri, kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas dengan permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.

?Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?? bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
?Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?? pinta Anto.
?Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?? jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.
Tamat

«
LARA:

Jumat, 25 Maret 2016

ayam kampus



Malam itu seusai rapat organisasi,
aku segera menstart motorku untuk pulang.
Rasanya pengin sekali segera sampai di rumah, makan, lalu tidur.
Tetapi baru saja sampai di gerbang depan kampus seseorang menyapaku, dan ketika aku toleh arah suara itu ternyata Rini, anak fakultas ekonomi. Ngapain anak ini sendirian di gerbang?

"Belum pulang, Rin?"
"Belum Den, habis nungguin bis lewat, lama amat." Jawabnya sambil berkedip-kedip genit.
"Bis lewat ditungguin, gue antar deh?"
"Bener situ mau nganterin?"
"Yah, pokoknya nggak gratis. Situ tau sendiri deh." Ujarku menggoda.
"Ah, bisa aja."

Rini mencubit kecil pinggangku lalu segera naik ke boncengan. Tangannya melingkat erat di pinggangku, lalu melajulah motor di ramainya jalanan. Lama-kelamaan si Rini malah menempelkan dadanya di punggungku. Tau nggak, rasanya benar-benar empuk dan hangat. Wuih, terasa bener kalau dia nggak pake beha. Sebagai laki-laki normal, wajar dong kalo batang penisku tiba-tiba menegang.

"Den, gimana kalo kita mampir ke taman kota? Aku dengar ada dangdutan di sana." Bisik Rini dekat di telinga kiriku.
"Seleramu dangdut juga ya?"

Rini kembali mencubit pinggangku, tapi kemudian mengelus-elus dadaku. Tengkukku mulai merinding. Ada maunya nih anak, pikirku waktu itu. Mungkin aku sedang dihadapkan salah satu ayam kampus, nih. OK, siapa takut!

Aku segera membelokkan sepeda motor ke taman kota. Lalu mencari tempat yang agak remang tapi cukup strategis untuk menikmati isi panggung yang terletak di tengah taman kota itu. Panggung yang kira-kira berukuran 6x6 meter itu tampak meriah dikelilingi ratusan pengunjung. Irama dangdut menggema memekakkan telinga.

"Den, sini dong? Sini, duduk sama aku."
Aku duduk di belakang Rini yang masih duduk di boncengan motorku. Gadis itu nampaknya asyik benar mengikuti irama dangdut. Sedang aku lebih tertarik memelototi tubuh penyanyinya dibanding suaranya yang menurutku biasa saja.

Beberapa orang penyayi bergoyang hot membangkitkan gelora birahi para pria yang memandangnya, termasuk aku. Pandanganku beralih kepada Rini. Sayang aku hanya bisa memandang ubun-ubunnya saja. Aroma wangi menebar dari rambutnya yang bisa dibilang bagus, aroma yang eksotik. Kalau saja ada kesempatan, desahku.

"Den, kok diam saja? Belum pernah lihat orang goyang ya?"
"Bukannya gitu, cuman gila aja mandang tuh cewek. Berani bener joget kayak gitu,"
"Ah, segitu saja. Coba kemarikan tanganmu!"

Aku mengulurkan tangan kananku. Astaga, gadis itu memasukkan tanganku di balik bajunya sehinga tanganku benar-benar bisa merasakan kegemukan dadanya. Keringat dinginku tiba-tiba merembes, dadaku bergemuruh.

"Rin, apa-apaan kamu ini?" Ujarku lirih tanpa menarik kembali tanganku.
"Kamu nggak suka ya?" Tanya Rini kalem.
"Engh.. Bukannya begitu..anu" Jawabku tergagap.
"Aku tau kamu suka. Aku juga suka Den, jadi nggak ada masalah kan?" Kata Rini menoleh ke padaku.
"I..iya sih."

Yah, begitulah. Akhirnya aku punya kesempatan. Tanganku membelai-belai dada Rini dengan bebasnya. Mempermainkan putingnya dengan gemas, kupelintir kesana kemari. Gadis itu bukannya kesakitan, tapi malah mendesah-desah kegirangan. Aku sendiri sudah nggak tahu berapa kali menelan ludah. Rasanya ingin memelintir puting itu dengan mulutku. Rupanya tangan kiriku mulai iri, lalu segera menyusul tangan kananku menerobos masuk di balik baju Rini. Meremas-remas kedua bukit yang tak terlihat itu.

"Den, Deni.. tangan-tanganmu benar-benar nakal. Hoh.. aduh.. geli Den," Desah Rini menjambak rambutku yang cukup gondrong.
"Rin, aku suka sekali.. bagaimana kalau kita.."
"Uhg.. heeh, iya.. aku mau."

Aku segera menghentikan kegiatanku mengobok-obok isi baju Rini. Lalu kami segera menuju sebuah hotel yang tak jauh dari taman kota. Tiada kami peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangi kami dengan sejuta pikiran. Masa bodoh, yang penting aku segera bisa mengencani Rini.**

Segera aku bayar uang muka sewa kamar, lalu kami melenggang ke kamar 51. Rini yang sedari tadi memeluk tubuhku kini tergeletak di atas springbed. Matanya yang sayu bagai meminta, tangannya melambai-lambai. Aku langsung saja membuka kancing bajuku hingga bertelanjang dada.

"Den.. sudah lama aku inginkan kamu,"
"Oya? Kenapa tak bilang dari dulu?" Ujarku sambil melepas kancing baju Rini.

Benarlah kini tampak, dua bukit kenyal menempel di dadanya. Tangan Rini membelai-belai perutku. Rasanya geli dan uh.. lagi-lagi aku merinding. Kutekan-tekan kedua putingnya, bibir gadis itu mengulum basah. Matanya yang semakin memejam membuat birahiku semakin terkumpul menyesakkan dada.

"Den.. ayo.. kamu tak ingin mengulumnya? Ayo masukkan ke mulutmu."
"Heh.. iya, pasti!"

Aku segera mengangkangi Rini lalu berjongkok diatasnya, lalu menunduk mendekati dadanya. Kemudian segera memasukkan bukit kenyal itu ke dalam mulutku. Aku hisap putingnya perlahan, tapi semakin aku hisap rasanya aku pingin lebih sehingga semakin lama aku menghisapnya kuat-kuat. Seperti dalam haus yang sangat. Ingin rasanya aku mengeluarkan isi payudara Rini, aku tekan dan remas-remas bukit gemuk itu penuh nafsu. Rini merintih-rintih kesakitan.

"Den.. hati-hati dong, sakit tahu! Perlahan.. perlahan saja Ok? Heh.. Yah, gitu.. eeh hooh.."

Busyet, baru menghisap payudara kiri Rini saja spermaku sudah muncrat. Batang penisku terasa berdenyut-denyut sedikit panas. Rini bergelinjangan memegangi jeans yang aku pakai, seakan ingin aku segera melorotnya. Tapi aku belum puas mengemut payudara Rini. Aku pingin menggilir payudara kanannya. Tapi ketika pandanganku mengarah pada bukit kanan Rini, wuih! Bengkak sebesar buah semangka. Putingnya nampak merah menegang, aku masih ingin memandanginya. Tapi Rini ingin bagian yang adil untuk kedua propertinya itu.

"Ayo Den, yang adil dong.." Katanya sambil menyuguhkan payudara kanannya dengan kedua tangannya.

Aku memegangi payudara kanan Rini, mengelusnya perlahan membuat Rini tersenyum-senyum geli. Ia mendesah-desah ketika aku pelintir putingnya ke kanan dan ke kiri. Lalu segera mencomot putingnya yang tersipu dengan mulutku. Puting itu tersendal-sendal oleh lidahku.
"Deni.. dahsyat banget, uaohh.. enak.. ayo Den.. teruss.."

Rini menceracau tak karuan, tangannya menjambak-jambak rambut gondrongku. Kakinya bergelinjang-gelinjang kesana kemari. Binal juga gadis ini, pikirku. Aku berpindah menyamping, menghindari sepakan kaki Rini. Jangan sampai penisku terkena sepakan kakinya, bisa kalah aku nanti. Justru dengan menyamping itulah Rini semakin bebas. Bebas membuka resleting jeans yang dipakainya. Tapi dasar binal! Gerakannya yang tak karuan membuat kami berguling jatuh di lantai kamar. Dan payudara kanannya lolos dari kulumanku.

"Gimana sih, Rin? Jangan banyak gerak dong!" Ujarku sedikit kesal.
"Habis kamu ganas banget sih.." Hiburnya dengan tatapan menggoda.

Untuk mengobati kekesalan hatiku Rini segera membuka semua pakaiannya tanpa kecuali. Jelaslah sudah tubuh mungil Rini yang mempesona. Air liurku segera terbit, inginnya mengganyang tubuh mungil itu.

Tubuhnya yang meliuk-liuk semampai, dua payudaranya yang nampak ranum bengkak sebesar buah semangka, perutnya yang langsing bagai berstagen tiap hari, ahh.. Lalu, bagian kewanitaannya! Uhh, pussy itu cukup besar dengan bulu-bulu basah yang menghiasinya. Pahanya yang sekal membuatku ingin mengelusnya, dan betisnya yang mulus nan langsat.. ehmm.. Maka dengan tergesa-gesa aku melucuti pakaianku, tanpa terkecuali!

"Wah! Pistolmu besar Den!" Kata Rini yang segera berjongkok dan meremas gemas batang penisku yang sudah sangat tegang.
"Auh.. jangan begitu, geli kan?" Jawabku menepis tangannya.
"Jangan malu-malu, pistol sebesar ini, pasti ampuh."

Rini terus saja membelai-belai batang penisku yang ukurannya bisa dibilang mantap. Semakin lama batang penisku semakin menegang, rasanya mau meledak saja. Tubuhku bagai tersiram air hangat yang kemudian mengalir di setiap sendi darahku.

"Engh, auh.." Aku berdehem-dehem asyik saat Rini asyik memainkan jemari tangannya pada batang penisku.

Telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran yang kemudian digerak-gerakkan keluar masuk batang penisku. Layaknya penisku bermain hula hop. Spermaku mencoba meyeruak keluar, tapi aku tahan dengan sekuat tenaga. Aku remas-remas rambut panjang Rini.

Tapi kemudian Rini yang semakin gemas segera memasukkan batang keperkasaanku itu ke dalam liang mulutnya. Lalu dia mengemutnya bagai mengemut es lilin.

"Ehg.. ehmm.. "
Terdengar suara desisan Rini bagai sangat menikmati batang penisku, begitupun aku. Bagaimana tidak, bibir tebal Rini segera melumat kulit penisku, lalu lidah Rini menjilat-jilat ujungnya. Nafasku serasa putus, keringatku merembes dari segala arah. Sedang Rini bagai kesetanan, terus saja menciptakan sejuta keindahan yang siap diledakkan.

Crot.. crot.. Tak ada yang bisa menahannya lagi. Spermaku keluar menyembur ke liang mulut Rini. Gadis itu nampak sedikit tersedak, beberapa sperma muncrat keluar mulutnya dan kemudian membasahi pangkal penisku.

"Ehmm.. ehmm.. keluarkan teruss.. ehmm," Ujar Rini dengan mulut yang penuh dengan cairan spermaku.
Srup, srup, ia meminumnya dengan semangat sambil tangannya menggelayut di pahaku. Ujung penisku dikenyot-kenyot membuat geloraku makin berdenyut-denyut.

Karena tak tahan maka tak ayal lagi aku segera menubruknya. Menindih tubuh mungilnya lalu melahap bibir nakalnya. Lidah kami bergelut di dalam, menggigit-gigit gemas dan penuh nafsu. Tak peduli Rini merintih-rintih. Entah karena aku terlalu rakus mengganyang bibirnya, atau berat menahan tindihanku. Yang pasti rintihan Rini terdengar sangat merdu di telingaku.

Maka setelah puas mencumbui bibirnya aku segera beralih kepada pussy-nya. Benda keramat itu entah sudah berapa kali kebobolan, aku tak peduli. Kali ini ganti kau yang kukerjain, pikirku.

Langsung saja aku lebarkan paha Rini sehingga jelas pussy berumput yang sangat basah itu. Jemariku memainkan daging gemuk itu. menyusuri perbukitan yang berlorong. Lalu memelintir klitorisnya ke kanan dan ke kiri. Surr.. menyembur lagi cairan kewanitaan Rini. Bening menetes diantara jemariku.

"Den.. tunggu apa.. ayo dong.."
"Aku datang sayang."

Wajahku segera mendekat ke pussy Rini. Lalu tanganku sedikit membuka si pussy sehingga aku bisa menikmati goa kenikmatan itudengan mataku walau hanya sebentar. Srup, srup, aku jilati pussy basah itu. Lidahku sengaja mencari-cari lubang yang mungkin bisa kutembus. Lidahku semakin ke dalam. Mempermainkan klitorisnya yang kenyal. Tanganku pun menyempurnakan segalanya. Bermain-main di payudara Rini yang semakin tegang, mengeras. Sayup-sayup terdengar suara erangan Rini. Aku harap gadis itu juga menikmatinya.

"Ayouhh Den, masukk, aku tak tahan lagi.."
Suara gadis itu terdengar lemah, mungkin sudah keletihan. Aku pun sudah cukup puas beranal ria. So, tunggu apa lagi?? Aku meminta Rini untuk menungging. Gadis itu menurut dengan wajah letih namun penuh semangat. Kemudian aku segera memasukkan penisku ke lubang kawinnya. Mudah. Sekali hentakan sudah masuk. Lalu kucabut dan kumasukkan berkali-kali. Lalu kubiarkan terbenam di dalam beberapa menit.

"Eghh.." Rini menahan rasa nikmat yang kemudian tercipta.
Tubuhnya sedikit mengejang tapi kemudian bergoyang-goyang mengikuti gerakan penisku. Aku segera mengocok penisku dengan kekuatan penuh. Dan kemudian.. kembali spermaku muncrat keluar memenuhi lubang kawin Rini.

Beberapa saat kami saling menikmati kenikmatan itu. darahku seakan berhenti mengalir seperti ada hawa panas yang menggantikan aliran darahku. Seluruh persendian terasa tegang, tapi kemudian seperti ada rasa kepuasan yang tak bisa terucapkan.

Hingga kemudian aku mencabut kembali batang penisku dari pussy Rini. Gadis itu kembali terlentang di lantai kamar hotel. Sedang aku segera menghempaskan tubuhku di atas kasur. Dinginnya lantai kamar yang menyentuh jemari kakiku tak bisa mengalahkan panasnya suasana kamar itu. Bau keringat kami berbaur.

Namun tiba-tiba batang penisku yang sudah mulai mengendur tersentuh kulit halus wanita. Ketika aku mendongakkan wajah ternyata Rini yang telah duduk di depan kakiku sambil mengelus-elus batang penisku.

"Den, kamu hebat banget. Aku benar-benar puas."
"Ehng.. kamu juga. Sekarang kamu mau minta apa??"

Gadis itu masih diam sambil terus mempermainkan batang penisku. Gawat, bisa-bisa bangun lagi batang penisku. Bisa perang lagi nih, dobel dong tarifnya.

"Kamu minta apa? HP? Duit?"
"Aku minta.. minta lagi deh," Kata Rini yang kemudian kembali mengenyot batang penisku.
"Waduh, bisa-bisa lembur nih!", pikirku.

*****

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, maupun kisah itu hanya kebetulan saja. Tapi kalau mau tiru-tiru, mendingan jangan! Penulis hanya mau menerima komentar yang sopan.

E N D

«LARA:

terimakasih



Suasana malam minggu ramai.
memang banyaknya orang yang hadir membuat Rony pemuda yang memang sedang berjojing ria membuatnya gerah.
pengunjung bar banyak yang membawa pasangan,
Rony tidak sendiri dia datang dengan Igor yang tengah asyik berjojing dengan seorang wanita yang juga pengunjung diskotik Shinta.

"Hai, boleh aku duduk?!" suara wanita menyapa.

Rony menoleh tersentak dari perhatiannya pada Igor.

"Please..?" balasnya mempersilahkan wanita itu duduk disebelahnya.
"Sendiri?" sapa wanita itu yang memang agak teler mungkin karena terlalu banyak menenggak minuman keras.
"Akh nggak? bareng temanku, tuh" tunjuk Rony pada Igor yang saat itu sedang mendekatinya.
"Hai Ron.. Kenalin dong" sergah Igor.
"Boleh juga boncegan lo.." bisik Igor pada Rony.
"Gila lo.. gue aja belum kenal"
"Ron..?! Kenalin Vira.."
"Vira.." kata wanita itu sambil mejulurkan tangannya.
"Rony..?!" balas Rony.
"Ron sorry nich aku bakal jalan duluan sama Vira, disini terlalu ramai"
"Terus gue gimana?" Tanya Rony.
"Lo disini aja dulu?! Motor gue yang bawa, mana kontaknya?"
"Dasar gila lo, nich?!" Maki Rony.

Kini hanya tinggal Rony dengan wanita itu didalam diskotik Shinta yang malah tambah ramai ketika hari menjelang tengah malam.

"Ron.?!"
Rony menoleh,"Ya..?"
"Boleh aku minta tolong anterin pulang?" Pinta wanita itu pada Rony sambil menyerahkan kunci kontak.

Tanpa menjawab dipapahnya wanita itu pergi meninggalkan ruangan diskotik Shinta. Mobil yang dikendarai Rony menuju kawasan perumahan Lippo yang memang telah ditunjuk wanita itu.

"Nich cewek kayaknya Tante-Tante?" Bathin Rony setelah memperhatikan wajah wanita itu yang kelihatan mencerminkan usianya kira-kira 35-an. Sepanjang perjalanan Rony memperhatikan wanita yang tertidur disebelahnya. Pakaiannya yang hanya menutupi sebagian tubuhnya sehingga jelas sekali terlihat buah toketnya yang putih dan gede terus ke bagian bawah yang hanya memakai rok span sehingga jelas terlihat sangat mulus dan sangat seksi. Tiba tiba pikiran joroknya mulai merambah ditambah lagi jalan tol menuju Lippo sepi dan gelap. Tangan Rony mulai meraba paha, disingkapnya rok mini merah itu kini terlihat jelas CD wanita itu.

"Gila merah juga?" Ucapnya lirih takut tuh Tante bangun.

Kini tangan jahilnya mulai ke atas menuju bukit kembar yang nongol gede.

"Busyet mantep banget nich?" Remasan kecil tidak membuat Tante ini bangun pikirnya.
"Sial lagi asyik sudah sampai?!" Gerutu Rony sambil melepas remasan kecil pada payudara Tante itu terlihat pintu tol 500 meter lagi. Mungkin karena cahaya lampu pintu tol sang Tante terlihat bangun sambil membersihkan matanya.
"Dimana ini?"
"Mau masuk perumahan Tan?" Jawab Rony.
"Belok kiri no.13" tunjuk Tante itu rumahnya.
"Ok" Rony mengiyakan.

Rumah kawasan Lippo memang terkenal mewah gerbang rumah berwarna biru itu terbuka setelah dari dalam mobil Tante itu memencet remot pagar begitu juga pintu garasi, mobil lancer langsung meluncur masuk ke dalam garasi.

"Mari Tan.." bermaksud memapah Tante itu.
"Ah nggak usah pusingnya agak mendingan kok" tolak Tante itu halus.
"Ayo masuk" ajaknya sambil menuju pintu rumah didalam garasi.

Jalannya yang anggun membuat Rony menelan air ludah. Pantat gede Tante itu goyang kanan kiri mengikuti irama kakinya yang panjang dan mulus.

"Silahkan duduk..?!" mempersilahkan Rony duduk.
"Tanks Tante?" balas Rony.
"Oh ya siapa namamu tadi?" tanya Tante itu sambil pergi ke arah ruangan lain.
"Rony" balas Rony sedikit berteriak agar terdengar.

Tante Susi membawakan dua gelas bir sambil duduk disebelah Rony rapat sekali membuat Rony agak keki.

"Silahkan minum?" sambil menyerahkan segelas bir kaleng.
"Tanks Tan.."

Ditenggaknya bir itu bukannya haus tapi menahan gejolak birahi melihat paha putih mulus dan buah dada yang menantang.

"Santai aja? Haus ya?"
"Lumayan?!" balas Rony memerah.
"Oh ya.. Panggil aku Susi" Tante Susi memperkenalkan namanya.
"Tante Susi tinggal sendiri?" Mencoba Rony untuk ngobrol.
"Jangan panggil Tante Susi donk, Tante aja, apa Susi aja"
"Tante dech.." Rony memastikan.
"Sudah tua ya?" balas Tante Susi.
"Tapi Tante kelihatan masih cantik.." sambil matanya terus memeperhatikan buah dada tante Susi yang menggantung indah.
"Makasih" tersipu Tante Susi dipuji seperti itu.
"Oh ya Tante tinggal dengan siapa?" Tanya Rony penasaran.
"Aku tinggal ama suamiku, dia lagi berlayar 2 bulan sekali dia pulang sudah 2 minggu dia berangkat berlayar.." jelas Tante Susi.
"Oh begitu ya..?" berarti dia kesepian nich bathin Rony.
"Kamu sudah punya pacar?" Tante Susi bertanya sambil menarik tangan Rony ke atas pahanya yang putih itu.
"Belum Tan..?!" jawab Rony menarik tangannya mencoba malu-malu kucing.
"Kenapa? kok malu?! Apa aku harus tidur lagi biar kamu enggak malu dan leluasa mengelus-elusku"
"Maksud Tante?" bertanya heran Rony.
"Aku tahu yang kamu lakukan sepanjang perjalanan tadi, aku diam karena kupikir kamu kan sudah tolongin aku boleh donk sebagai tanda terimakasih"
"Jadi ni Tante juga keenakan toh, sial deg-deg an juga gue, gue kira dia tahu bakal marah eh malah seneng, aman sekarang dong, asyiik?" Bathin Rony.

Sekarang Rony bebas melakukan gerakannya karena sudah tahu Tante Susi senang diperlakukan seperti itu. Tangan Rony mulai meraba paha Tante Susi.

"Kulit Tante halus sekali..?!" bisik Rony ke telinga Tante Susi disertai jilatan halus membuat Tante Susi menggelinjang geli.
"Oh ya? Terusin dong ke atas Ron..?" pinta Tante Susi manja.

Tangan Rony masuk ke dalam celana dalam Tante Susi.

"Okh kamu ahli sekali Ron?" tangan Tante Susi mulai menjalar ke arah celana Rony dan mulai menelanjangi Rony dengan ganas.
"Tenang Tan?"
"Tanganmu itu yang membuat aku engga' tahan okh.. Okh" kembali Tante Susi mengerang kenikmatan.

Kini Rony sudah telanjang di pegangnya peler millik Rony yang lumayan besar.

"Gede juga punyamu" ucap Tante Susi sambil mulai mengulum peler Rony Rony hanya bisa mendesah kenikmatan ketika pelernya amblas ke dalam mulut Tante Susi.
"Okh Tante okh.. Okh" sambil meremas rambut Tante Susi.
"Telanjangi aku Ron" pinta Tante Susi setelah puas mengulum peler Rony.

Rony mulai melakukannya hingga telanjang polos sudah Tante Susi, jelas terlihat bukit berumput hitam lebat dan sepasang payudara yang gede. Rony merebahkan tubuh bugil itu diatas kursi.

"Regangin pahamu Tan" pinta Rony.

Mulai ia menjilati vagina Tante Susi yang merah mungkin karena jarang di pake.

"Oh bulu jembut Tante lebat banget.."
"Tapi ok kan..?"
"Mantep Tan" ujar Rony sambil menyingkap bulu lebat itu dan mulai memainkan lidahnya dibibir vagina Tante Susi.
"Ukh.. Ukh.. Ukh hebat terus jilat terus Ron okh.. Enak.. Enak"

Menggelinjang eggak karuan Tante Susi menahan birahi yang mulai merambah urat-urat pembuluh darahnya. Sementara tangan Rony asyik meremas payudara Tante Susi yang gede.

"Remas Ron remas yang kenceng ukh.. ukh.." sambil matanya merem melek. Terlihat jelas oleh Rony vagina Tante lisa kembang kempis karena kenikmatan.

"Ron masukin donk, masukin Ron.. Ukh"

Sedikit dibungkukkan tubuh roni sambil mulai mengarahkan batang pelernya ke arah vagina Tante Susi yang sudah becek karena jilatan lembut lidah Rony. Perlahan tapi pasti peler Rony mulai merambah masuk ke dalam vagina Tante Susi.

"Okh.." desah Tante Susi keenakan.

Pantat Rony bergerak maju mundur.

"Okh.. Enak Ron okh.." merem melek Tante Susi dibuatnya.
"Okh.. Okh.. Goyang terus" pinta Tante Susi masih keenakan.

Rony pun merasakan kenikmatan teramat sangat pelernya terasa ada yang menyedot halus dan nikmat ditambah desahan Tante Susi yang sangat merangsang urat syarafnya menegang.

"Okh Tan empuk juga memekmu Tan okh.. Okh" sambil terus pantatnya maju mundur mengoyak vagina Tante Susi yang sudah basah banget.

Mulut Tante Susi yang mendesah seksi itu disambar Rony hingga keduanya saling berciumn liar, tangan Rony pun tidak tinggal diam remasan liar menimpa payudara Tante Susi yang sudah keras. Cukup lama perbuatan cabul diatas sofa itu berlangsung dengan sengit dengan teriakan Tante Susi yang tak tahan akan peler Rony yang beraksi. Hingga..

"Tan.. Pindah ke lantai yu?" ajak Rony.
"Terserah, asal jangan dilepas ya? Habis enak banget sih.."

Peler Rony masih menancap tegang di vagina Tante Susi, diangkatnya tubuh bugil Tante Susi lalu merebahkannya diatas lantai yang berpermadani halus itu. Keringat mengucur deras kenikmatan enggak terbendung gerakan maju mundur Rony yang kadang diselingi putaran pelernya membuat Tante Susi merem melek menahan gairah yang mungkin sangat diharapkannya malam itu.

"Ron gantian ya?" pinta Tante Susi ganti posisi.

Mereka berguling separo sehingga sekarang posisi Tante Susi berada di atas menindih tubuh Rony.

"Ron gimana kalau goyang gini" tawar Tante Susi sambil mengoyang pantatnya yang padat berisi.
"Gila Tan.. Enaak banget terus tan ukh.. Ukh.." sambil tangannya terus meremas payudara yang sekarang lebih menantang karena menggantung indah dan mantap.
"Oh Ron aku sudah tidak kuat Ron.. Okh.. Ron.. Okh.. Ron.. Okh"
"Tahan sebentar Tan.. Aku jagu sudah mau sampai okh.. Okh" erangan Rony menahan goyangan Tante Susi yang semakin liar.
"Okh.. Okh.. Aku keluar.. Okh.. Okh.."

Dengan cepat dicabut memeknya lalu disodorkan ke arah wajah Rony.

"Okh.. Hisap Ron.. Okh" pinta Tante Susi sambil tangannya mengocok kencang peler Rony yang saat itu sedang di ujung banget.

Dengan jilatan ganas dihisapnya vagina Tante Susi beserta cairan yang keluar dari dalam vagina itu Tante Susi terlihat sangat menikmati jilatan itu. Serr.. air mani vagina Tante Susi muncrat ke wajah Rony.

"Okh.. Okh.." erangan Tante Susi sambil terus membenamkan memeknya ke wajah Rony.
"Okh Ron kamu luar biasa" puji Tante Susi atas kehebatan Rony melayaninya.

Rony duduk di sofa kembali sementara pelernya masih menegang tangguh, dengan penuh pengertian Tante Susi mengocok peler Rony yang sudah tegang.

"Okh.. enggak lama Tan.. Okh.."

Crot.. Crot.. Dari peler Rony keluar cairan putih kental yang langsung dengan sigap Tante Susi memasukkan peler Rony ke dalam mulutnya.

"Akh.. Okh.." Rony tersenyum puas begitu juga Tante Susi yang memang malam itu sangat mendambakan memeknya mengeluarkan cairan kenikmatan ditemani lelaki perkasa seperti Rony.

Keduanya lalu beranjak kekamar tidur Tante Susi, setelah Tante Susi mengajak Rony ke kamarnya untuk istirahat sejenak dengan harapan Rony dapat melanjutkan kembali memuaskan nafsu birahinya.

Mampukah Rony..?

*****LARA:

kak ambar



Para pembaca yang budiman,
pengalaman ini adalah kelanjutan dari kisahku sebelumnya yang berjudul 'Perkenalanku dengan Ambar'.
Seperti yang sudah aku ceritakan pada kisah tersebut,
bahwa Ambar tinggal di pinggiran kota Surabaya dengan kakak perempuannya yang juga sudah mempunyai 2 orang anak.
Dan di rumah itu juga masih ada saudara yang lain dari suami Tante Joyce.

Pengalaman sex ku bersama Ambar sebelumnya, membuat aku semakin PD dengan kemampuanku untuk bercinta. Karena setiap aku bercinta dengan seseorang, pasanganku selalu mengalami fantasi sex yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan.

Setelah kejadian malam itu di ruang tamu rumah Ambar, aku merasa peristiwa tersebut memang suatu keberuntungan bagiku karena kejadian tersebut, begitu saja tanpa ada rencana sebelumnya. Bercinta di ruang tamu dengan penerangan yang amat terang, sehingga aku tahu persis setiap centi lekuk tubuh Ambar yang memang masih ketat dan sexy, walaupun sudah punya satu anak.

Jam tanganku menunjukkan pukul 5.30 pagi, karena memang aku berjanji menjemput Ambar untuk sama-sama berangkat ke kantor. Aku sengaja berangkat pagi karena tidak ingin terbebelenggu oleh kemacetan kota metropolis sebesar Surabaya. Kebetulan lokasi kantor Ambar tidak jauh dari lokasi tempat kerjaku, di daerah Basuki Rahmat yang terkenal dengan pusat perkantoran.

Tanpa terasa mobil starletku W 1xx sudah berada tepat di depan rumah Ambar, aku segera bergegas membuka pagar dan masuk ke terasnya.

"Tok.. Tok.. Tok" tanganku mengetuk daun pintu rumah Ambar.

Sesaat kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya yang tinggi semampai dengan rambut terurai sepunggung, aroma parfumnya sangat menyengat hidungku. Tinggi semampai dengan ditambah paras wajah yang cukup cantik, membuat wanita setengah baya tersebut kelihatan lebih fresh.

"Cari siapa dik..?" tanya wanita tersebut.
"Mmm.. Anu Tante Ambarnya ada?" tanyaku balik.
"Ada silahkan masuk," kata wanita itu sambil membuka lebar pintunya.

Aku segera mengikuti wanita tersbut masuk didalam ruang tamunya, mataku yang mulai nakal menikmati pinggul wanita itu yang berjalan membelakangiku. Pantatnya yang masih kencang tidak menampakkan jika kakak perempuan Ambar sudah beranak 2.

Aku kembali mengingat kejadian saat bercinta dengan Ambar diruang tamu yang sekarang aku duduki. Memang luar biasa sekali kejadian saat itu, sepertinya ruang tamu di rumah Ambar ini menjadi saksi bisu permainan sex ku bersama Ambar.

Selang beberapa waktu, aku dikejutkan dengan wanita yang tadi menerimaku.

"Dik, si Ambar masih mandi tuh" kata wanita tersebut.
"Tidak apa-apa.. Mbak.." kataku terputus karena memang belum tahu namnya.
"Panggil aja Joyce," wanita itu mengenalkan diri.
"Bb.. Baik Tante Joyce, aku tunggu aja deh," jawabku gugup.
"Kamu Dandy kan?" tanya Tante Joyce.
"Iya Tante, tapi kok Tante tahu nama saya?" tanyaku balik.
"Tahu dong, Tante tahu semua kok," kata Tante Joyce sambil tersenyum.
"Maksud Tante..?" tanyaku agak nervous.
"Tante tahu kok saat kamu anterin pulang Ambar dan.." wanita itu terdiam.
"Dan apa Tante?" tanyaku penasaran.
"Dan hebatnya permainan sex kamu saat bercinta dengan adikku"

Ups! dadaku terasa meledak dan detak jantungku berpacu dengan cepat, aku terasa malu. Tubuhku langsung merasa lemas karena saat itu aku yakin sekali tidak ada seorang pun dirumah, karena memang Ambar sudah bilang tidak ada siapa-siapa. Aku terdiam dan tertunduk malu tidak berani menatap wajah Tante Joyce, dan aku semakin salah tingkah karena tertangkap basah saat bercinta!!

Jam ditanganku terasa lama sekali, padahal aku berharap jam itu berputar secepatnya hingga aku segera meninggalkan ruangan ini.

"Dandy, kenapa kok kamu jadi murung begitu?" tanya Tante Joyce.
"Mm.. Anu.. Nggaak.. Ada.. Apa-apa.. Kok" kataku terbatah-batah.
"Maaf Tante Joyce, atas kejadian malam itu" pintaku meminta maaf.
"Tidak apa-apa kok Dandy, Tante tidak marah kok," kata Tante Joyce.
"Terima kasih Tante.." kataku singkat.
"Cuman.. Tante punya syarat," kata Tante Joyce.
"Apa itu Tante..?" tanyaku penasaran.

Tante Joyce tidak menjawab dan langsung berdiri dari tempat duduknya, sesaat kemudian wanita tersebut sudah menarik pergelangan tanganku. Aku digandeng masuk ke dalam ruangan dapur, saat itu detak jantungku berpacu dengan cepat dan memikirkan apa yang akan diperbuat wanita tersebut. Saat aku masih belum tahu apa yang akan dilakukan Tante Joyce, wanita itu langsung membalikkan badannya. Sehingga wajahku hanya berjarak beberapa centi saja dengan wajah Tante Joyce.

"Tante tidak akan mempermasalahkan kejadian malam itu, asal kamu juga mau memberikan apa yang sudah kamu berikan sama adikku" katanya.
"Maksud Tttaann.. tee..?" kataku gugup.

Tante langsung menyambar bibirku dengan penuh gairah, sesaat aku baru sadar bahwa apa yang diharapkan wanita setengah baya itu adalah BERCINTA! Aku berusaha melepaskan ciuman Tante Joyce.

"Tante.. Nanti ada anak-anak.." kataku menghindar.
"Anak-anak lagi berlibur dirumah neneknya" jelas Tante Joyce.
"Nanti ada Ambar Tante.." kataku berusaha bertahan.
"Jangan khawatir, itu urusan Tante.." kata Tante Joyce.

Belum selesai perkataan tersebut, Tante Joyce kembali menyambar bibirku yang kata kaum hawa sangat sensual.

"Hmm.." suara Tante Joyce melumat bibirku.

Kedua tangan Tante Joyce sudah melingkar di pinggulku, sehingga bongkahan daging kembar didadanya terasa menekan bidang dadaku. Tante Joyce semakin merapatkan pelukannya sehingga aku menerka, wanita tersebut tidak menggunakan bra dibalik dasternya.

Lidah Tante Joyce semakin bernafsu mencari-cari lidahku, hingga aku sempat tersengal saat lidahku dihisap dalam-dalam. Sesekali telapak tangannya dengan jari-jari nya yang lentik, meremas kedua bongkahan daging pantatku. Dan jujur saja hal itu menimbulkan rangsangan yang luar biasa, syaraf kelaki-lakianku sepontan melonjak di ubun-ubun. Aku semakin terbawa aliran nafsu yang sudah dialirkan oleh Tante Joyce, tanganku bergerak begitu lincahnya seakan mempunyai sepasang mata yang bisa melihat bagian-bagian sensasional yang perlu di remas.

Sesekali tanganku mulai mengelus permukaan buah dada Tante Joyce dari luar dasternya, aku rasakan betul bahwa wanita ini benar-benar sudah terangsang hebat. Terbukti saat jariku memilin-milin puntingnya, begitu keras dan kencang berdiri. Tanganku berpindah-pindah dari buah dada, pinggil dan pnatat Tante Joyce sesekali aku remas seolah tidak terima dengan remasan jarinya dipantatku sebelumnya. LIdah dan bibir Tante Joyce menari-nari diseluruh permukaan aku, semakin panas dan menjadi saat jariku mulai menarik ke atas daster yang dikenakan kakak Ambar tersebut.

Jariku dengan lihai meremas dan mengelus permukaan pantat Tante Joyce, sesekali aku menyisipkan jari telunjukku di tengah bongkahan pantatnya.

"Aakhh.. Danndy.." rintih Tante Joyce saat jari telunjukku, aku mainkan pada lubang anal wanita tersbut.
"Ohh.. Danddyy.. Tante nggak tahan.." kata Tante Joyce merintih.

Sambil berkata demikian, wanita tersebut menekan pundakku supaya jongkok menghadap selangkangannya. Aku tahu persis dengan apa yang diharapakan Tante Joyce, lidahku mulai menjilati lutut wanita itu yang masih dalam posisi berdiri. Jilatanku semakin menjadi dan menuju ke pangkal paha Tante Joyce, tanganku tidak ada hentinya meremas, pantat Tante Joyce yang masih kencang.

Tidak terlalu sulit untuk menyingkap daster yang dikenakan Tante Joyce karena wanita tersebut membantu mengangkat bagian depan dasternya. Sehingga nampak jelas 'hutan lebat' yang tumbuh di tengah selangkangan wanita tersebut bagian tengahnya sudah basah dengan lendir yang keluar dari lubang kewanitaanya saat kamu bercumbu sebelumya. Ternyata dari tadi Tante Joyce sudah tidak mengenakan bra maupun CD dan sepertinya wanita ini sudah merencanakan hal ini terjadi.

"Akkhh.. Aaowww.." rintihnya ketika lidahku mulai mendarat dipermukaan bibir vaginanya. LIdahku menari-nari bagaikan tarian tanggo argentina dipermukaan bibir vaginya.
"Okkhh.. Teruss.. Danddyy.. Hisaapp saayaanngg," rintih Tante Joyce.

Rintihan Tante Joyce membuat aku semakin berani memerankan lidahku dalam menjelajahi lubang vaginanya. Wanita itu membuka lebar-lebar kakinya, sehingga memudahkan aku untuk mengocok, menghisap, dan menjilat vaginanya yang mulai basah dibanjiri lendir kenikmatan dari lubang vaginanya.

Aku melihat, jelas Tante Joyce menggunakan kedua tangannya untuk meremas, mengusap dan menekan buah dadanya. Sesekali jarinya yang lentik, memainkan puntingnya yang semakin kencang. Saat wanita itu sibuk dengan aktivitas tangannya, aku mencoba memberikan sentuhan lain dalam bercinta. Aku merubah posisiku yang awalnya jongkok di depan selangkangan Tante Joyce, aku segera merangkak diantara kedua kakinya yang seang terbuka lebar. Sehingga sekarang aku berjongkok di belakang pantat Tante Joyce.

"Aauughh.. Sss.." rintih Tante Joyce ketika lidahku mulai mendarat dipermukaan pantatnya. Aku segera menyibak kedua bongkahan pantat, dan nampak jelas lubang analnya yang begitu bersih.
"Akkhh.. gillaa.. Kaamuu Danndyy," rintih wainta itu kembali.

Lidahku langsung menjilati lubang anal Tante Joyce, dan seperti yang sudah aku dapatkan tentang pengetahuan dari buku-buku maupun film BF yang aku tonton. Ternyata lubang anal juga merupakan bagian yang paling sensitif bagi kaum hawa, dan itu terbukti dengan menggeliatnya tubuh Tante Joyce ketika lidahku manari-nari dilubang analnya.

"Dannddy.. Sss.." desahnya Tante Joyce.

Jari telunjukku berputar-putar sesaat di permukaan clitorisnya dan beberapa saat kemudian, jari tengahku mulai bergerak keluar masuk dilubang vagina Tante Joyce.

"Ohh.. Tteruuss.. Tanttee.. mau dappet.." katanya liar.

Sesaat kemudian aku kembali merubah posisiku semula, kedua tangan Tante Joyce menahan tubuhnya di permukaan kulkas. Sedangkan kedua kakinya terbuka lebar, sehingga dengan mudah lidahku menari-nari di ujung clitorisnya. Semakin kencang desahan Tante Joyce semakin lair pula lidahku menjilati clitorisnya. Jari telunjukku, yang sebelumnya terbenam pada lubang vagina Tante joyce, sekarang berbalik terbenam dilubang anal Tante Joyce.

Tubuh Tante Joyce semakin bergerak tidak beraturan, naik-turun, maju-mundur, mengikuti aktivitas ganasnya lidahku.

"Danddyy.. Tanttee.. Keellu.. arr aagghh" rintih Tante Joyce panjang.

Bersamaan dengan rintihan panjang, kedua pahanya terasa menggapit kepalaku sehingga aku tidak mendengar desahan panjangnya. Dan disaat itu pula aku rasakan lelehan lendir yang begitu banyak dari lubang kewanitaan Tante Joyce. Aku tidak menghentikan aktivitasku, bahkan aku berusaha membuat Tante Joyce, kakak Ambar bisa menikmati jilatan lidahku untuk membersihkan lendir yang baru saja dikeluarkan.

Disaat aku sedang asyik menikmati vagina Tante Joyce yang masih basah, tiba-tiba aku dikejutkan dengan tangan Tante Joyce yang mengangkat pundakku.

Sesaat kemudian dengan segala kemahirannya, Tante Joyce mengeluarkan penisku dari celanaku. Bagaikan di sebuah film BF yang pernah aku lihat, dengan pakaian kerja kantor lengkap dengan dasi yang aku kenakan, Tante Joyce hanya mengeluarkan penisku dari resleting celanaku saja.

"Hmm.. Kamu memang jantan Dandy.." puji Tante Joyce sambil mengelus penisku.

Bersamaan dengan hal itu, aku merasakan gesekan tangannya yang halus dipermukaan batang penisku. Sehingga hal itu menimbulkan rangsangan yang luas biasa. Sedetik kemudian, aku hanya bisa merem melek menikmati kuluman bibir Tante Joyce. Seluruh batang kemaluanku seperti ditelan habis dalam mulut Tante Joyce, sesekali lidahnya yang nakal menjilati 'kepala' penisku.

"Akhh.. Tantee.. Hisap terus.. Sss" rintihku dalam.

Bagikan melayang aku dibuat Tante Joyce, wanita setengah baya ini memang mempunyai keahlian dalam oral sex. Terbukti semua hisiapan, kuluman, jilatan pada batang kemaluanku, nyaris tidak menyentuh giginya sama sekali. Aku sangat menikmati sekali perlakuan Tante Joyce pada batang kemaluanku, sehingga sentuhan lidahnya yang bertubi-tubi mendarat di batang kemaluanku semakin lama semakin menimbulkan rangsangan yang luar biasa.

Tiba-tiba Tante Joyce berdiri dari jongkoknya dan berkata..

"Dandy.. Tante sudah nggak tahan ingin penismu" katanya lirih.

Sambil berkata demikian Tante membalikkan tubuhnya dan bersandar dipinggir meja makan.

"Ooo.. Mmyy GOD" mata Tante mendelik dan bibirnya mendesah hebat saat penisku yang kekar mulai menembus vaginanya yang mulai dibasahi dengan cairan disekitar vaginanya.
"Danddy.. Ookkh.. Jangan.. Permainkan akuu.. Uughh" rintih Tante Joyce.

Aku sengaja mengendalikan permainan dengan jalan hanya menggerakkan keluar masuk kepala penisku, sehingga Tante Joyce meronta penasaran.

"Saayangg.. Masukkan semuuaa.. Aakuu peenggen.." rintihnya kembali.
Seketika itu aku langsung menancapkan seluruh batang kemaluanku sampai menthok dalam vaginanya.
"Oookkhh.." untuk kesekian kalinya tant Joyce merintih.

Aku menggerakkan pinggulku berputar-putar tanpa menggerakkan keluar masuk penisku dalam lubang vaginanmya. Kedua tanganku mengunci pinggul Tante Joyce, sehingga wanita tersebut hanya bisa merem melek, mendesah, merintih kenikmatan.

"Akkh.. Danddyy.. Nikmaatt sekali.. Sss.." desahnya.

Dengan perlahan dan penuh perasaan, aku merubah gerakan penisku dalam vaginanya. Bagaikan goyangan patah-patah Anisa Bahar, aku menggerakan batang penisku dan ternyata gerakkan itu membuat Tante Joyce menggerinjang hebat. Maklum penisku memang berukuran diatas rata-rata 17-18 cm dengan diamter 3,5 cm, itupun masih ditambah bentuknya yang melelengkung.

"Danndyy.. Terruss.. Teruss.. Saayang.. Jangaan.. Berhenti.. Oohhkk" celoteh Tante Joyce.

Disela rintihan Tante Joyce, terbesit keinginan nakalku untuk merangsang lubang anal Tante Joyce. Dengan bantuan beberapa cairan yang sudah membasahi pahanya, aku mengoleskan cairan tersebut disekitar lubang anal Tante Joyce.

Seakan tenggelam dalam kenikmatan penisku yang mengoyak, menghujam dan menerobos dinding vaginanya, Tante Joyce tidak merasakan jika ibu jariku juga sudah mulai mengoyak lubang analnya.

"Slleepp.." suara ibu jariku menyelinap di lubang anal Tante Joyce.

Lengkaplah sudah permainan sex ku dengan Tante Joyce, kedua lubang miliknya sudah terkoyak oleh penis dan ibu jariku. Beberapa saat kemudian, aku menggerakkan frontal penisku untuk mengoyak lubang vagina Tante Joyce karena aku melihat indikasi wanita tersebut akan mendapatkan orgasmenya yang kedua. Begitu banyaknya cairan yang meleleh keluar dari lubang vaginanya. Gerakan penis dan ibu jariku, bergantian keluar masuk pada kedua lubang Tante Joyce.

"Danddy.. Dandyy.. Tantee.. Mau.. kelluuaar.." rintihnya hebat.
"Okkhh.. Nikmat.. Jangan.. Jangan.. Dilepas.. Sss.."
"Dandyy.. Danddy.. Daanddy.. Aaakhh" teriaknya.

Kedua tangan Tante Joyce mencengkeram pinggir meja makan, sedangkan bibirnya tidak berhenti mendesah dan merintih. Sesekali bibir bawahnya digigit, sehingga pemandangan tersebut benar-benar membuat birahiku bergolak. Kadua kaki yang jenjang, ditutup rapat seakan-akan tidak mau melepaskan penisku yang masih terbenam dalam vaginanya.

"Ohh.. GOD.. Kamu hebat banget.." puji Tante Joyce.
"Ccplok.. Cplok.. Crek.. Crek.." suara gerakan batang penisku yang masih bergerak maju mundur membuat kedua kakinya mengejang hebat.

Aku membiarkan Tante Joyce menikmati orgasmenya yang kedua, dan disaat wanita itu masih menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmenya dia tidak menyadari jika ibu jariku masih terbenam dalam lubang analnya.

Aku segera mencabut batang penisku dari lubang kemaluan Tante Joyce, dan setelah aku merasa lubang anal Tante Joyce sudah terbuka. Aku segera mengarahkan kepala penisku ke lubang anal Tante Joyce.

"Aoowww.. Dandyy.. Apa yang kamu lakukan..?" tanya nya sambil menoleh ke belakang.
"Tenang Tante.." jawabku singkat.
"Sreett.." kepala penisku mulai menerobos lubang analnya.
"Aoowww.. Sakiit.. Dandyy" rintihnya sambbil memegang pantatnya sendiri.
"Relaks Tante.. Bentaran juga asyik ok.." kataku menghibur.
"Ihh.. Kkamu banddell.. Aaakhh" rintihnya kembali.

Dengan perlahan dan cm demi cm aku mulai memasukkan seluruh batang penisku di dalam lubang analnya.

"Ampunn.. Danddyy.. Ssaakkiitt.." rintihnya.

Begitu aku merasakan seluruh batang penisku terbenam dalam lubang analnya, aku berusaha diam sejenak untuk memberikan kesempatan lubang anal Tante Joyce mengenal penisku.

"Dannddyy.. Jangan.. Diem.. Aja dongg.." pinta Tante Joyce.

Segera dengan perlahan aku mulai menggerakkan keluar masuk penisku.

"Akkhh.. Terruss.. Danddyy" pinta Tante Joyce.

Tante Joyce mulai merasakan kenikmatan penisku yang mulai mengocok lubang analnya, sehingga rintihan kesakitan berubah menjadi rintihan kenikmatan. Aku semakin berani berimprovisasi di lubang anal Tante Joyce, seperti halnya aku mengoyak lubang vaginanya.

"Okhh.. Kkamuu.. Hebbatt.. Saayaang.. Jangan berhenti.." rintihnya.

Tanpa aku sadari kapan Tante Joyce memasukkan jarinya ke dalam lubang vaginanya, wanita setengah baya tersebut berusaha mengejar orgasmenya yang ketiga. Aku merasakan kerjaku tidak banyak karena Tante Joyce mambantu untuk mengocok vaginanya, sehingga aku berkonsentrasi penuh menikmati lubang anal Tante Joyce.

"Tanttee.. Danddyy.. Mau.. Keluar.." rintihku.
"Iyaa.. Sayangg.. Kita keluar.. Sama-sama.. Ookkh" rintih Tante Joyce.

Gerakankan aku semakin tidak terkontrol dalam lubang anal Tante Joyce dan jari wanita tersebut juga sedang bekerja meraih orgasme yang berikutnya. Aku merasakan ada sesuatu yang akan menyembur dari penisku, gesekan dinding lubang anal Tante Joyce membuat kenikmatan yang luar biasa.

"Oookkhh.. Tantte.. Daandy keluar.. Dimannaa..?" tanyak umerintih
"Didalam aja.. Sayangg.." pintanya.
"Tantee.. Aku.. Nggak taahaann.." rintihku.
"Iya.. iyaa.. Tante juga.. Danndy.. Aaakhh"
"Okhh.." rintihan panjang kami berdua mengakhiri permainan sex di dapur rumah Tante Joyce.
"Crut.. Crut.. Crut.. Crut.." bebrapa semburan spermaku dalam lubang anal Tante Joyce dan sebaliknya lubang vagina Tante Joyce mengeluarkan banyak cairan yang membasahi kedua pahanya. Beberapa tetes spermaku jatuh ke lantai keramik Tante Joyce.

Sesaat kemudian Tante Joyce membalikkan tubuhnya dan berkata..

"Kamu memang jago banget bercinta Dandy. Belum pernah aku merasakan multi orgasme yang sedemikian hebatnya," katanya memujiku.
"Ah, Tante bisa aja.." kata merendah.
"Kapan-kapan kamu mau kan mengulanginya lagi?" tanyanya.
"Boleh Tante tapi buruan deh lepasin pelukan Tante nanti Ambwr keburu keluar," kataku was-was.

Setelah berkata demikian Tante Joyce mengecup bibirku dan melepaskan pelukannya. Aku bergegas membenahi bajuku dan kembali menuju ruang tamu. Tante Joyce pun masuk ke dalam membenahi tubuhnya yang berkeringat setelah bercinta dengan aku di dapur.

15 menit kemudian Ambar keluar dari dalam kamarnya.

"Hey Dandy.. Sorry lama ya nunggunya," katanya ceria.
"Nggak apa-apa kok Ambar.." kataku gugup.

Sesaat kemudian Tante Joyce keluar dan bertanya kabarku, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dengan dia.

"Hey Dandy.. Gimana khabarmu?" tanyanya.
"Bbaik Tante.." jawabku gugup
"Itu si Ambar memang lama banget kalau dandan," jelasnya.
"Duh Mbak ini.. Sudah deh aku berangkat," kata Ambar singkat.

Aku segera bangkit dari dudukku dan bergegas menuju pintu keluar, Ambar keluar lebih dulu menuju pagar sedangkan aku dibelakangnya. Aku sedikit kaget ketika tangan Tante Joyce meremas pantatku, aku bergegas menuju pagar karena takut si Ambar melihat kejahilan kakaknya.

Mobil starletku segera meluncur meninggalkan rumah Ambar dengan perasaan yang luar biasa puasnya. Pagi-pagi mendapat 'jatah' yang tidak terduga, sehingga aku ingat pesan Bang napi yang sering aku tonton di RCTI" INGAT KEMAKSIATAN TERJADI KARENA ADANYA KESEMPATAN.. WAPADALAH.. WASPADALAH"

*****

Pembaca itulah pengalaman sexku bersama kakak Ambar yang beberapa saat lalu baru aku kenal. Untuk saran, kritikan dan masukan tetap aku tunggu via emailku.

E N D

«LARA: